Selasa, 12 November 2013

#5BukuDalamHidup : Pelajaran Mengarang (Cerpen Pilihan Kompas 1993)


Pelajaran Mengarang (Cerpen Pilihan Kompas 1993)


Waktu itu hari sudah menjelang sore, saya dan seorang teman lagi mengunjungi kost senior saya di kampus dan di organisasi kemahasiswaaan. Saya lupa tujuan kami mengunjungi senior yang satu itu, yang pasti untuk belajar, belajar apa saja yang bisa dipelajari darinya. Yang saya ingat, di dalam kamarnya buku-buku bertumpuk, bertebaran, terselip-selip bersama abu dan punting rokok yang entah menjadikan kamar itu jorok atau estetis. Diantara buku yang bertumpukan itu terselip buku berjudul Pelajaran Mengarang, saya ambil dan lihat sampul depannya, cerpen pilihan kompas tahun 1993. Singkat cerita saya meminjam buku itu, tentu saja beserta buku-buku lain miliknya untuk dibawa pulang.
Pelajaran Mengarang, sekilas lebih mirip judul buku panduan penulisan atau cara cepat mengarang. Judul buku tersebut diambil dari judul salah satu cerpen di dalamnya karya Seno Gumi Ajidarma (SGA). Buku ini bersampul warna hitam dan ilustrasi wanita bertanda bintang di pipi, selain cerpen SGA ada juga cerpen Bondan Winarno, Bre Redana, Putu Wijaya, dan lainnya. Berhubung saya ikut-ikutan dalam proyek #5BukuDalamHidup, saya tidak hendak membedah isi buku ini tapi menceritakan bagaimana buku ini terhitung spesial sekaligus mempengaruhi dalam hidup saya. Secara garis besar ada dua hal yang menjadi akibat dari buku ini, yang pertama adalah saya menyukai cerpen setelah membaca buku ini dan yang kedua saya mulai “memburu” buku juga akibat dari buku ini.
Dalam hal pertama, dalam hal menyukai cerpen, saya mulai menikmati cerpen sekaligus saya mulai mengikuti cerpen kompas berawal dari buku ini. Semenjak membaca buku ini, Format cerpen menjadi kesukaan saya, ringkas dan padat menjadi salah satu format penulisan sastra favorit saya, setelah novel. Imbasnya adalah, sesudah menyukai format cerpen tersebut, menulis cerpen menjadi daya tarik tersendiri bagi saya. Saya bukan penulis dan juga bukan tergolong orang yang rajin dalam menulis sehingga format cerpen menjadi kesukaan saya yang tak tahan menulis beratus-ratus halaman. Saya pun mengenal adanya cerpen mingguan di Kompas, setiap edisi hari minggu. Saya mulai keranjingan membeli Kompas setiap hari minggu hanya untuk membaca bagian itu.
Buku ini juga menjadi medium pertemuan intim saya dengan cerpen-cerpen SGA lainnya. Sebelumnya saya memang pernah sekilas lalu membaca cerpennya di internet, namun cerpennya yang menjadi judul buku ini membuat saya jatuh hati pada cerpen dan pada gaya tulisan SGA. Dalam cerpen Pelajaran Mengarang tersebut diceritakan ada kondisi sosial yang ditangkap SGA, ada dilema dan drama seorang anak yang memiliki ibu seorang pelacur. Dalam hal mempengaruhi, konteks isi cerpen tersebut mempengaruhi selera saya dalam memilih cerpen yang enak atau baik untuk dibaca. Tema-tema sosial semacam itu, realis barangkali.
Dalam hal yang kedua, saya menjadikan kumpulan cerpen kompas menjadi seri buku yang saya buru untuk dikoleksi. Kumpulan cerpen kompas dari tahun 2000 hingga 2010 saya beli dan saya cari darimana saja. Ada ekstasi tersendiri tercipta dalam memburu buku salah satunya terlampiaskan dengan mengumpulkan buku kumpulan cerpen kompas. Boleh dibilang, kumpulan cerpen kompas menjadi kanon cerpen bagi saya, menjadi tolok ukur cerpen yang baik untuk dibaca dan dibeli. Lebih lanjut lagi, efek memngaruhinya buku ini, saya mulai membeli buku-buku kumpulan cerpen juga akibat buku ini.
Setiap tahunnya Kompas menerbitkan kumpulan cerpen terpilih dalam satu tahun. Menjadikan buku kumpulan cerpen kompas seperti mengumpulan buku berseri atau seperti mengumpulkan komik, bedanya tidak ada cerita bersambung. Saya seperti terangsang melihat deret buku yang di sisi bukunya ada deret tahun seperti ini. Mengumpulkan atau membeli buku sesungguhnya adalah apologi bagi saya sebagai pembaca buku. Sebagai pembaca buku, saya tidak mahir menuangkan kembali isi buku dalam bentuk tulisan, membedah buku dalam diskusi atau bahkan melakukan kritik buku itu sendiri maka membeli, satu-satunya yang bisa saya lakukan, menjadi pemaafan pribadi sebagai pembaca atau boleh dibilang pecinta buku seperti saya. Selain mengumpulkan judul-judul buku pengarang kesukaan saya, mengumpulkan buku dengan seri menjadi pemuas pribadi.
Sebenarnya saya tidak pernah membeli buku ini, buku yang masuk dalam koleksi saya hanyalah hasil fotokopi dari buku si senior. Saya belum membeli versi asli buku ini, barangkali menjadi memorabilia tersendiri bagi saya dalam hal belajar. Belajar, dari buku misalkan, bisa dengan murah didapatkan dengan menggandakan buku itu sendiri, maklum saya seoran penganut copyleft, asal ke kiri jalan terus. Selain itu kunjungan saya ke kost si senior benar-benar ada manfaatnya, saya belajar darinya dari buku yang dimilikinya. Ketika saya mengembalikan buku ini, saya menawarkan untuk membelinya, tapi katanya; Buku punyaku tidak untuk dijual!.

Manado, 12 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar