Kamis, 09 Januari 2014

Tentang Rencana Berpacaran Tahun Ini


Tahun 2014. Saya berencana untuk memiliki pasangan atau pacar lebih tepatnya untuk tahun ini. Apabila sampai bulan Oktober tahun ini belum juga, semoga saja tidak, maka tepat 23 tahun saya jomblo. Menyedihkan? Tidak juga, saya menikmatinya dan banyak keuntungan menjadi jomblo. Tetapi tahun ini saya benar-benar bermaksud memiliki pacar. Tidak bermaksud sexist, misoginis, homophobia atau diskriminatif, saya masih straight untuk orientasi seksual, artinya saya akan mencari pacar seorang perempuan. Tentu, meski tidak pernah berpacaran sebelumnya, saya masih memiliki kriteria perempuan tertentu untuk saya jadikan pacar.
Bagaimanapun menurut yang saya amati, untuk berpacaran ada baiknya yang benar-benar sesuai dengan selera, seperti memilih pekerjaan atau membeli baju. Kira-kira yang menjadi kriteria berdasarkan selera saya itu seperti ini; 1) memiliki senyum yang manis dan ceria, karena 2) saya terbiasa bahagia, maka pacar saya itu pun harus bahagia, setidaknya terlihat bahagia dari senyumnya. 3) memiliki selera musik yang baik, dan yang lebih baik lagi 4) dapat memainkan alat musik, entah gitar, piano, ukulele atau apapun itu, sehingga 5) saya dan pacar saya dapat membuat duo musik!
Nah! Konsep duo musik ini adalah kesukaan saya, rasanya seorang pria dan seorang perempuan yang memainkan musik bersama-sama itu klop sekali. Saling melengkapi, ada harmonisasi dan manis, seperti kriteria pertama saya. Seandainya pun jadi berpacaran, kado pertama saya adalah mixtape dari duo kesukaan saya, Beberapa duo yang saya sukai dan sedang saya dengarkan itu kira-kira sebagai berikut:
  •  The Honey Trees, duo dreampop asal Amrik ini setahu saya baru merilis 1 EP; Wake The Earth (2009). Dari channel Youtube yang bersangkutan, tahun 2012 mereka membuat album, sayang sekali saya berlum mendapatkan lagu atau video di album tersebut.
  •  Beach House, lagi-lagi dreampop, Victoria Legrend dan Alex Scally sudah merilis beberapa EP dan 4 album; Beach House (s/t 2006), Devotion (2008), Teen Dream (2010) dan Bloom (2012).

  •  Adam Green & Binki Shapiro, Anti-Folk Hero saya, Adam Green, di awal 2013 menggandeng Binki Shapiro  untuk membuat album yang juga dinamakan Adam Green & Binki Shapiro. Yah sebenarnya apapun bentuknya asal yang membuat Adam Green maka saya akan menyukainya.

  • She & Him, pria mana yang tidak terpesona indie darling seperti Zooey? Duo indie pop ini, sudah merilis 4 album, termasuk 1 album natal. Volume One (2008), Volume Two (2010), A Very She & Him Christmas (2012) dan yang terbaru Volume Three (2013).

  • Endah N Rhesa, saat pertama kali melihat pertunjukan live mereka, saya langsung jatuh cinta, pada lagu-lagunya. Sudah 4 album yang mereka rilis, diluar 1 repackaged.


Sebenarnya ada banyak lagi musisi yang bermain dalam konsep duo yang saya sukai dan dengarkan lainnya, tetapi itu nanti saja, spesial buat pacar saya kelak. Doakan saja benar-benar terwujud rencana saya kali ini.

Tentang Menonton Yuk Keep Smile (YKS)


Ceritanya beberapa hari yang lalu saya melihat di linimasa twitter ada petisi yang meminta penghentian tayangan Yuk Keep Smile (YKS) yang ditayangkan regular oleh TransTV. Ada ribut-ribut juga soal itu. Saya pernah melihat tayangan tersebut, ada seorang bernama panggung Caisar memimpin koreografi puluhan atau ratusan orang menari dengan lagu dangdut yang itu-itu saja, ada juga hiburan lawakan ala slapstick demi memeriahkan acara tersebut. Pindah ke saluran TV lainnya pun banyak acara yang serupa, pikir saya sederhana, mungkin memang sedang trend yang begituan. Persoalannya adalah kenapa harus membikin petisi segala. Yaelah Kok Susah amat (YKSa)
Dalam pengantar petisi tersebut, pembuat petisi menjelaskan bahwa tayangan di layar kaca Indonesia saat ini penuh dengan tayangan tidak mendidik. Lanjut lagi ia menjelaskan persoalan adanya tayangan ini adalah karena dipenuhi kata-kata kasar, vulgar dan sumpah serapah. Menariknya, di akhir pengantar, pembuat petisi menyebutkan juga bahwa acara ini acara perusak moral. Oke oke, sedemikian mengerikan itukah sebuah acara televisi ini hingga merusak moral?
Terus terang saya bukan penonton televisi yang baik, semenjak tinggal nge-kost, mulai dari kuliah di Jogja 4 tahun hingga lebih 2 tahun sekarang, saya tidak pernah punya televisi di kamar kost saya. Saya pun bisa tidak menonton televisi berbulan-bulan, sekalinya menonton ya karena kebetulan di rumah saya ada televisi-kalau di rumah, televisi sepertinya jadi pelengkap estetika interior- atau menonton televisi di warteg ketika makan. Tetapi secara pribadi, saya tidak melihat ada masalah dengan televisi, yang masalah adalah penonton televisi itu, termasuk pembuat petisi barangkali.
Beginilah, seberapa sulitnya sih mematikan televisi? Seberapa sulit pula melarang anak-anak di sekitar kita utuk tidak menonton acara-acara televisi yang dicap tidak mendidik itu. Sebut pulalah dalam dunia media televisi dikenalistilah jam prime time yang mana tayangan YKS ini mengisi jam tersebut, jam tersebut kira-kira jam 19.00 sampai 21.00, saya rasa banyak kegiatan yang bisa diisi pada jam-jam tersebut selain menonton televisi, membaca buku misalkan atau menonton film atau sekadar mengobrol. Lagian yang paling penting, bukankah kontrol televisi ada di tangan kita, misalkan remote tv itu, cari saluran tv yang bermutu, bila tidak ada ya matikan. Kalau mengutip kata Groucho Marx; “I find television very educating. Every time somebody turns on the set, I go into the other room and read a book.” Mudah saja seharusnya. Sehingga saya penasaran, kenapa acara televisi sampai-sampai “bisa merusak moral”.
Tentu niat pembuat petisi baik, niatnya ya entahlah, saya sendiri kurang begitu paham apa niatnya. Tetapi tentu pula niat tim kreatif YKS tidak boleh dibilang tidak baik, untuk beberapa orang tertentu yang bisa jadi jumlahnya tidak sedikit tayangan tersebut menghibur. Kalau dihentikan, berarti yang merampas hiburan beberapa orang yang tidak sedikit tersebut. Untuk soal mendidik, ukuran mendidik apa yang dipakai pembuat petisi beserta duapuluhanribu orang yang mengamini petisi tersebut, rasanya janggal apabila hampir di setiap jam televisi diisi acara si Komo yang dipandu kak Seto atau acara Susan & Ria Enes, dan lebih janggal kalau semua saluran televisi di Indonesia seperti TV Edukasi, membosankan sekali penonton televisi itu. Dan soal moral? Saya tak bisa berkomentar tentang ini, selain bilang Hellaww hahahaha.
Jadi daripada rebut-ribut bikin petisi penghentian sebuah acara televisi, atau mencaci maki acara tersebut, saya anjurkan piknik! Cari hiburan lainlah. Daripada menonton acara televisi yang membuat kita jengkel sendiri, mendingan mengobrol ke teman, keluarga, syukur-syukur ada mengobrol dengan istri atau pacar. Atau untuk mencari pendidikan di jam prime time maka lebih baik membaca buku, toh bisa lebih mendidik dibanding acara televisi manapun. Kontrol ada di tangan penonton, tentu bukan di televisi itu. Apabila tidak suka pada acara televisi, matikan televisi, kalau perlu buang! Seperti pada puisi Roald Dahl “Go throw your TV set away, and in its place you can install, a lovely bookcase on the wall.”