Rabu, 13 November 2013

#5BukuDalamHidup : Heavier Than Heaven (A Biography of Kurt Cobain) - Charles R Cross


Heavier Than Heaven (A Biography of Kurt Cobain) - Charles R Cross

Ada satu masa, semasa saya kuliah, saya berpenampilan begitu kumal. Rambut gondrong dan jarang disisir, menggunakan sweater wol yang tak dicuci berhari-hari, celana jeans dengan robek di dengkul dan sneaker converse kotor. Dandanan saya seperti itu karena pada masa itu saya sangat mengagumi Kurt Donald Cobain, vokalis/gitaris sekaligus pentolan Nirvana. Sampai sekarang pun masih mengaguminya. Sulit untuk tidak mengenal Nirvana, saya sendiri baru bisa bicara sewaktu Cobain mati bunuh diri, tapi saya masih kebagian pengaruh musiknya. Saya mulai mengenal lagu-lagu Nirvana sejak SMP dari CD kumpulan MP3 bajakan dan benar-benar tergila-gila ketika kuliah karena kebetulan tetangga kamar kost saya juga penggemar berat Grunge. Buku Heavier Than Heaven menjadi kitab suci pedoman hidup bagi saya sebagai penggemar Nirvana.
Heavier Than Heaven adalah biografi Cobain yang ditulis Charles R. Cross, berisi kisah masa kecil Cobain, jurnal-jurnal harian, wawancara dengan istrinya Courtney Love, wawancara dengan rekan satu band Nirvana dan orang-orang yang mengenal Cobain secara dekat. Kisah hidup Cobain ditulis dengan begitu rinci juga dramatis, terlebih di kisah akhir hidup Cobain. Buku ini sendiri saya beli dari pameran buku di Jogja, harganya cukup murah mungkin karena tidak laku lagi, sudah bukan masanya. Heavier Than Heaven sendiri terbit di tahun 2001 tetapi saya baru membeli dan membacanya medio tahun 2008, saya memang terlambat mengetahui adanya buku ini tetapi momennya menjadi tepat karena waktu-waktu itulah saya sangat tergila-gila dengan Nirvana. Semacam petunjuk Tuhan dalam menemukan kitab suci, saya menemukan kitab suci ketika saya mulai mendalami.
Sebagai kitab suci, Heavier Than Heaven menuntun saya untuk berpenampilan urakan, meniru sang idola. Saat itu saya juga mulai belajar gitar memainkan lagu-lagu Nirvana namun berakhir gagal karena masalah bakat. Hal yang saya bisa lakukan untuk mengikuti Cobain hanya berpenampilan seperti Cobain. Hanya karena ingat nasehat ibu, saya tidak ikut-ikutan memakai obat-obatan seperti Cobain, juga tidak berencana untuk menembak kepala saya dengan shotgun di usia 27 tahun. Selebihnya saya mengikuti Cobain, bahkan sampai saya berpura-pura sebagai seorang dengan gangguan mental dan penderita depresi akut.
Membaca Heavier Than Heaven, saya merasa semakin akrab dengan Nirvana. Melalui buku tersebut, saya dapat mengetahui latar belakang kehidupan Cobain dan latar belakang lagu-lagu yang diciptakannya. Saya bahkan dapat mengetahui arti dari judul lagu Nirvana paling fenomenal, Smell Like Teen Spirit, yang ternyata merk parfum teman kencan Cobain. Memahami kehidupan Cobain dari sudut pandang buku ini, membuat saya mengaguminya sekaligus  membuat saya begitu iba padanya. Menjadi terkenal justru semakin menekan mentalnya, hingga akhirnya ia harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, namun kematian pulalah menjadikannya legenda abadi.

I’m going to be a superstar musician, kill myself and go out in a flame of glory” Kata Cobain suatu kali kepada temannya. Ya, ia telah menjadi superstar dan medapatkan kejayaannya. Mempengaruhi saya dan jutaan penggemarnya yang lain. Pengaruh yang tercipta dari karya-karyanya juga kisah hidupnya yang dituliskan di Heavier Than Heaven, kitab suci saya dan pedoman hidup saya waktu itu. Tetapi waktu terus berganti dan tampilan saya sekarang pun berganti. Sekarang saya memang sudah berpotongan rambut rapi, selalu mengenakan baju dan celana bersih, memakai sepatu pantofel tetapi masih menjadi saya yang mengagumi dan akan selalu mengagumi Kurt Cobain.

Manado, 14 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar