Kamis, 09 Januari 2014

Tentang Menonton Yuk Keep Smile (YKS)


Ceritanya beberapa hari yang lalu saya melihat di linimasa twitter ada petisi yang meminta penghentian tayangan Yuk Keep Smile (YKS) yang ditayangkan regular oleh TransTV. Ada ribut-ribut juga soal itu. Saya pernah melihat tayangan tersebut, ada seorang bernama panggung Caisar memimpin koreografi puluhan atau ratusan orang menari dengan lagu dangdut yang itu-itu saja, ada juga hiburan lawakan ala slapstick demi memeriahkan acara tersebut. Pindah ke saluran TV lainnya pun banyak acara yang serupa, pikir saya sederhana, mungkin memang sedang trend yang begituan. Persoalannya adalah kenapa harus membikin petisi segala. Yaelah Kok Susah amat (YKSa)
Dalam pengantar petisi tersebut, pembuat petisi menjelaskan bahwa tayangan di layar kaca Indonesia saat ini penuh dengan tayangan tidak mendidik. Lanjut lagi ia menjelaskan persoalan adanya tayangan ini adalah karena dipenuhi kata-kata kasar, vulgar dan sumpah serapah. Menariknya, di akhir pengantar, pembuat petisi menyebutkan juga bahwa acara ini acara perusak moral. Oke oke, sedemikian mengerikan itukah sebuah acara televisi ini hingga merusak moral?
Terus terang saya bukan penonton televisi yang baik, semenjak tinggal nge-kost, mulai dari kuliah di Jogja 4 tahun hingga lebih 2 tahun sekarang, saya tidak pernah punya televisi di kamar kost saya. Saya pun bisa tidak menonton televisi berbulan-bulan, sekalinya menonton ya karena kebetulan di rumah saya ada televisi-kalau di rumah, televisi sepertinya jadi pelengkap estetika interior- atau menonton televisi di warteg ketika makan. Tetapi secara pribadi, saya tidak melihat ada masalah dengan televisi, yang masalah adalah penonton televisi itu, termasuk pembuat petisi barangkali.
Beginilah, seberapa sulitnya sih mematikan televisi? Seberapa sulit pula melarang anak-anak di sekitar kita utuk tidak menonton acara-acara televisi yang dicap tidak mendidik itu. Sebut pulalah dalam dunia media televisi dikenalistilah jam prime time yang mana tayangan YKS ini mengisi jam tersebut, jam tersebut kira-kira jam 19.00 sampai 21.00, saya rasa banyak kegiatan yang bisa diisi pada jam-jam tersebut selain menonton televisi, membaca buku misalkan atau menonton film atau sekadar mengobrol. Lagian yang paling penting, bukankah kontrol televisi ada di tangan kita, misalkan remote tv itu, cari saluran tv yang bermutu, bila tidak ada ya matikan. Kalau mengutip kata Groucho Marx; “I find television very educating. Every time somebody turns on the set, I go into the other room and read a book.” Mudah saja seharusnya. Sehingga saya penasaran, kenapa acara televisi sampai-sampai “bisa merusak moral”.
Tentu niat pembuat petisi baik, niatnya ya entahlah, saya sendiri kurang begitu paham apa niatnya. Tetapi tentu pula niat tim kreatif YKS tidak boleh dibilang tidak baik, untuk beberapa orang tertentu yang bisa jadi jumlahnya tidak sedikit tayangan tersebut menghibur. Kalau dihentikan, berarti yang merampas hiburan beberapa orang yang tidak sedikit tersebut. Untuk soal mendidik, ukuran mendidik apa yang dipakai pembuat petisi beserta duapuluhanribu orang yang mengamini petisi tersebut, rasanya janggal apabila hampir di setiap jam televisi diisi acara si Komo yang dipandu kak Seto atau acara Susan & Ria Enes, dan lebih janggal kalau semua saluran televisi di Indonesia seperti TV Edukasi, membosankan sekali penonton televisi itu. Dan soal moral? Saya tak bisa berkomentar tentang ini, selain bilang Hellaww hahahaha.
Jadi daripada rebut-ribut bikin petisi penghentian sebuah acara televisi, atau mencaci maki acara tersebut, saya anjurkan piknik! Cari hiburan lainlah. Daripada menonton acara televisi yang membuat kita jengkel sendiri, mendingan mengobrol ke teman, keluarga, syukur-syukur ada mengobrol dengan istri atau pacar. Atau untuk mencari pendidikan di jam prime time maka lebih baik membaca buku, toh bisa lebih mendidik dibanding acara televisi manapun. Kontrol ada di tangan penonton, tentu bukan di televisi itu. Apabila tidak suka pada acara televisi, matikan televisi, kalau perlu buang! Seperti pada puisi Roald Dahl “Go throw your TV set away, and in its place you can install, a lovely bookcase on the wall.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar