Rabu, 18 Februari 2015

Negara Nasi Goreng


Hampir satu dasawarsa ini, warga kotaku percaya hanya pada dua hal yang dapat memperkuat iman: Pertama, Tuhan itu ada dan pencipta alam semesta, yang Kedua adalah nasi goreng Pak Ijo adalah yang terbaik di alam semesta. Hampir satu dasawarsa ini pula tidak ada yang pernah tahu kenapa Sutarman, juru masak tunggal nasi goreng Pak Ijo menamakan nasi gorengnya demikian. Warungnya yang sederhana tidak berwarna hijau, merah bahkan. Nasi gorengnya pun tidak berwarna hijau. Layaknya nasi goreng pada umumnya, nasi goreng Pak Ijo berwarna kecoklatan. Sebagian disebabkan oleh kecap manis yang dituang memutar lalu diaduk merata bersama nasi yang semakin matang, sebagian lagi sedikit hangus pada nasinya. Asal-usul nama nasi goreng Pak Ijo adalah satu teka-teki yang belum terpecahkan di dunia, tapi bukan itu inti cerita ini. Lagipula ada cerita yang lebih menarik untuk diceritakan tentang nasi goreng Pak Ijo.
Seperti yang kubilang, sebagaimana kepercayaan warga kotaku, nasi goreng Pak Ijo adalah yang terbaik. Menurut survei BPS ada tujuh puluh tiga tukang nasi goreng di kotaku, tetapi nasi goreng Pak Ijo yang terbaik diantaranya. Tukang survei dari ibukota itu sudah mencicipi sendiri nasi goreng Pak Ijo, saking ketagihannya, ia memutuskan untuk menetap di kotaku, meminang anak gadis kepala kantor PDAM hingga keduanya memiliki seorang putra yang lucu. Yang kumaksud keduanya tukang survei dan anak gadis itu bukan tukang survei dengan nasi goreng (Ngawur, mana bisa orang kawin sampai punya anak dengan nasi goreng). Tapi bukan itu inti cerita ini.
Warga kotaku percaya Tuhan adalah pencipta alam semesta. Ilmuwan CERN di Swiss sedang meneliti dan membuktikan adanya tabrakan partikel Higgs Boson sebagai teori penciptaan alam semesta. Seandainya hari ini ada yang datang padaku dan berkata: ketukan tak beraturan sendok goreng ke wajan pada proses pembuatan nasi goreng Pak Ijo merupakan awal penciptaan alam semesta, aku akan lebih memilih percaya yang ini. Aku pernah sekali waktu merekam ketukan ini dan mencari-cari maksudnya berhari-hari lamanya.
Meskipun ketukan sendok goreng ke wajan pada proses pembuatan nasi goreng tersebut tak beraturan, tetapi selalu pada urutan yang pasti. Disinilah kunci rahasia nasi goreng Pak Ijo untuk menjadi yang terbaik di alam semesta. Semua orang bisa dengan mudah meniru bumbu masak pendukung nasi goreng Pak Ijo dan semua orang pun diperkenankan mencatat bumbu tersebut untuk disodorkan dan dibeli dari penjual bumbu yang sama dengan yang biasa dibeli Sutarman, tetapi tidak ada satu pun di dunia ini yang bisa menyamai ketukan tak beraturan sendok goreng ke wajan pada proses pembuatan nasi goreng Pak Ijo ini. Konon Gordon Ramsay, Chef  dunia tersohor yang berasal dari Inggris itu pernah datang ke kotaku membawa bahan terbaik dari seluruh penjuru dunia dengan maksud membandingkannya dengan nasi goreng Pak Ijo. Kala itu Sutarman, juru masak tunggal nasi goreng Pak Ijo, dengan rendah hati menyanggupi tantangan Gordon Ramsay memasak nasi gorengnya dengan bahan seadanya. Hasilnya? Seperti yang diduga banyak orang, nasi goreng Gordon Ramsay tak ada apa-apanya dibanding nasi goreng Pak Ijo karya Sutarman. Yang membuat Gordon Ramsay kalah adalah karena ia tidak tahu dan tidak akan pernah tahu meniru ketukan tak beraturan sendok goreng ke wajan yang biasa Sutarman lakukan pada saat proses pembuatan nasi goreng Pak Ijo.
Kalau boleh berkata jujur, nasi goreng Pak Ijo itu miskin nutrisi, meskipun tidak ada yang menyangkal kelezatannya. Nasi goreng Pak Ijo juga tak mahal, malah boleh dibilang murah mengingat porsinya yang bikin kenyang 6,5 jam. Semisal tanpa tambahan telur dadar, pembeli cukup membayar 12 ribu saja, apabila dengan tambahan telur dadar maka menjadi 14 ribu. Ada dua varian nasi goreng disini, satu menggunakan ikan teri dan satunya lagi menggunakan suwiran ayam. Nasi goreng dengan ikan teri selalu ditambahkan potongan sayur kangkung sedang nasi goreng suwiran ayam menggunakan wortel dan mentimun. Ketika semua bumbu dan bahan masuk ke wajan dan kecap dituang memutar lalu diaduk hingga merata, disitulah Sutarman melakukan ketukan tak beraturan: -..--zzzxyxadadadaeratkthaszzz—“- lalu mengaduk lagi nasi goreng dengan bumbu dan bahan hingga matang. Sampai benar-benar siap disajikan, Sutarman mengetukkan sendok goreng ke wajan tiga kali lalu voila! Nasi goreng terbaik di alam semesta siap disantap.

Pada suatu sore yang seharusnya sepi, sehabis hujan yang mengguyur kota sepanjang hari, sebuah kejadian yang akan tercatat dalam buku sejarah bermula di kota ini. Berita di kota ini mudah menyebar, nasi goreng pak Ijo tidak buka hari itu. Awalnya penduduk kota mencoba menyikapi dengan biasa-biasa saja. Bagaimanapun Sutarman adalah manusia –meski beberapa orang mulai menganggapnya lebih dari itu namun ia bisa sakit atau lelah atau hendak berlibur hingga memutuskan tak berjualan hari itu. Menjadi tidak biasa-biasa saja ketika penduduk kotaku mulai menyadari nasi goreng Pak Ijo tidak lagi mereka santap setelah satu minggu lamanya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran luar biasa penduduk kota. Pencarian Sutarman, juru masak tunggal nasi goreng Pak Ijo digalakkan oleh walikota.
            Pencarian yang telah dilakukan dua minggu ini adalah kesia-siaan, Sutarman tidak diketemukan keberadaannya. Media massa nasional turut menyoroti peristiwa ini, perhatian pemerintah sejenak teralih dari hiruk pikuk kenaikan BBM kepada pencarian Sutarman. Tidak ada lagi nasi goreng Pak Ijo. Tidak ada lagi ketukan tak beraturan sendok goreng ke wajan pada proses pembuatan nasi goreng Pak Ijo, meski tujuh puluh dua tukang nasi goreng lain di kotaku menirukannya, namun itu juga kesia-siaan belaka. Kotaku tidak sama lagi dan tidak pernah sama lagi. Tapi bukan yang ini juga inti cerita ini.
            Suasana kotaku semakin getir. Ketidaktahuan atas keberadaan Sutarman dan hilangnya nasi goreng Pak Ijo tersebut mulai dihubung-hubungkan dengan beberapa peristiwa yang tak masuk akal akhir-akhir ini. Pertama pabrik produsen wajan dan sendok goreng di ujung utara kota bangkrut, katanya karena tidak ada lagi yang berselera untuk menggunakan produknya untuk memasak nasi goreng. Kedua sayur-sayuran terutama kangkung, wortel dan mentimun menjadi komoditi langka di kota ini, harganya melonjak melebihi saham Krakatau Steel saat IPO. Yang paling mengerikan adalah ayam potong yang diimpor dari kota sebelah menjadi beku ketika masuk di pasar kotaku sehingga tidak bisa disuwir dan ikan teri yang membesar sedemikian rupa hingga tak ada yang mau mengkonsumsinya.
            Kegetiran semakin menjadi-jadi ketika penduduk kota turun ke jalan melakukan protes kepada pemerintah karena ketidakbecusan mengatasi permasalahan di kotaku. Aku baru menyadari segala hal yang terjadi disini sedang menuju saat-saat pencatatan buku sejarah ketika setengah terbangun diajak turun ke jalan oleh bapakku.
            “ayo le bangun, revolusi tidak terjadi di tempat tidur” ajaknya berapi-api. Aku bangun dan mengernyitkan dahi keheranan.
            Benar saja revolusi tidak terjadi di tempat tidurku yang empuk tapi di seluruh penjuru kotaku. Anak-anak muda kotaku mulai mengenakan kaos dengan sablon wajah Che Guevara. Puisi-puisi Wiji Thukul bagaikan lagu pop yang terdengar dimana-mana, semua seragam berteriak: Lawan!. Guru-guru mulai mewajibkan murid-muridnya membawa buku Massa Actie setiap hari dan mengadakan ulangan tentang isi buku itu pada hari-hari tertentu. Revolusi memang dapat terjadi sewaktu-waktu dan dimana pun ia mau, di kotaku nasi goreng Pak Ijo-lah menjadi pokok permasalahannya.
            Sebelum memasuki akhir cerita ini dan menemukan inti cerita ini, aku ceritakan selingan sedikit. Tidak ada namanya revolusi tanpa kisah cinta manis romantis dibaliknya. Dalam waktu yang sempit antara menduduki parlemen, mendidik ideologi tentang negara baru dan bermain uno, aku mengenal Saori, wanita keturunan Jepang yang ikut turun ke jalan menantang pemerintah. Awalnya berkenalan, bertukar nama dan nomor handphone lalu bercinta dikala tidak ada yang bisa mengganggu. Detil cerita cinta kami akan kuceritakan lain waktu. Dalam waktu yang sempit ini pula aku mengenal Bambang seorang pegawai pemerintah yang polos dan seorang yang kutu buku. Tapi dia tidak ambil bagian apa-apa dalam cerita ini.
            Setelah revolusi tiga puluh hari yang melelahkan, pemerintah mengadakan referendum untuk memberi penduduk kotaku memilih merdeka atau tetap tunduk pada pemerintah. Hasilnya tentu memilih untuk merdeka. Membentuk satu negara baru, negara nasi goreng ucap sinis para politisi.
            Kegetiran di sudut kota berubah menjadi riuh meriah mempersiapkan kemerdekaan. Ketukan tak beraturan yang suatu waktu sempat kurekam terpilih menjadi lagu kebangsaan dan spanduk warung nasi goreng Pak Ijo dijadikan bendera negara. Kemerdekaan menjadi definisi lain untuk kata enak setelah sebelumnya penduduk kotaku hanya mengenal kata ini untuk nasi goreng Pak Ijo. Tetapi kotaku tidak sama lagi dan tidak pernah sama lagi. Sutarman tak pernah kembali. Nasi goreng Pak Ijo tinggallah kenangan bersejarah bagi penduduk kota, eh negaraku.

Pontianak, 19 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar