Rabu, 22 Oktober 2014

Always be drunk.
That's it!
The great imperative!
In order not to feel time's horrid fardel

bruise your shoulders,
grinding you into the earth,
Get drunk and stay that way.
On what?
On wine, poetry, virtue, whatever.
But get drunk.
And if you sometimes happen to wake up
on the porches of a palace,
in the green grass of a ditch,
in the dismal loneliness of your own room,
your drunkenness gone or disappearing,
ask the wind,
the wave, the star, the bird, the clock,
ask everything that flees,
everything that groans
or rolls or sings,
everything that speaks,
ask what time it is;
and the wind,
the wave, the star, the bird, the clock
will answer you:
"Time to get drunk!
Don't be martyred slaves of Time,
Get drunk!
Stay drunk!
On wine, virtue, poetry, whatever!" 
(Charles Baudelaire-Get Drunk)

Salah satu hal yang bisa disyukuri mendapat penempatan jauh dari Jakarta adalah memiliki banyak waktu luang. Setidaknya begitu pendapat saya pada awalnya. Tidak tinggal menetap dan bekerja di Jakarta sekitarnya maka saya akan memiliki tambahan waktu kurang lebih 2 jam dari selisih terjebak macet ketika berangkat dan pulang bekerja. Saya juga akan memiliki tambahan waktu 5 jam dari selisih tidak keluyuran selepas pulang bekerja dan mendapat tambahan 38 jam di akhir pekan yang sibuk di Ibukota. Sepertinya salah. Ternyata waktu disini bisa berjalan dengan cepat juga, hanya terkadang saya sadar kalau dilewati begitu saja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar