Ceritanya beberapa hari yang lalu saya
melihat di linimasa twitter ada
petisi yang meminta penghentian tayangan Yuk Keep Smile (YKS) yang ditayangkan
regular oleh TransTV. Ada ribut-ribut juga soal itu. Saya pernah melihat
tayangan tersebut, ada seorang bernama panggung Caisar memimpin koreografi
puluhan atau ratusan orang menari dengan lagu dangdut yang itu-itu saja, ada
juga hiburan lawakan ala slapstick demi memeriahkan acara tersebut. Pindah ke
saluran TV lainnya pun banyak acara yang serupa, pikir saya sederhana, mungkin
memang sedang trend yang begituan. Persoalannya adalah kenapa harus membikin
petisi segala. Yaelah Kok Susah amat (YKSa)
Dalam pengantar petisi tersebut, pembuat
petisi menjelaskan bahwa tayangan di layar kaca Indonesia saat ini penuh dengan
tayangan tidak mendidik. Lanjut lagi ia menjelaskan persoalan adanya tayangan
ini adalah karena dipenuhi kata-kata kasar, vulgar dan sumpah serapah.
Menariknya, di akhir pengantar, pembuat petisi menyebutkan juga bahwa acara ini
acara perusak moral. Oke oke, sedemikian mengerikan itukah sebuah acara
televisi ini hingga merusak moral?
Terus terang saya bukan penonton televisi
yang baik, semenjak tinggal nge-kost, mulai dari kuliah di Jogja 4 tahun hingga
lebih 2 tahun sekarang, saya tidak pernah punya televisi di kamar kost saya.
Saya pun bisa tidak menonton televisi berbulan-bulan, sekalinya menonton ya
karena kebetulan di rumah saya ada televisi-kalau di rumah, televisi sepertinya
jadi pelengkap estetika interior- atau menonton televisi di warteg ketika
makan. Tetapi secara pribadi, saya tidak melihat ada masalah dengan televisi,
yang masalah adalah penonton televisi itu, termasuk pembuat petisi barangkali.
Beginilah, seberapa sulitnya sih mematikan
televisi? Seberapa sulit pula melarang anak-anak di sekitar kita utuk tidak menonton
acara-acara televisi yang dicap tidak mendidik itu. Sebut pulalah dalam dunia
media televisi dikenalistilah jam prime
time yang mana tayangan YKS ini mengisi jam tersebut, jam tersebut
kira-kira jam 19.00 sampai 21.00, saya rasa banyak kegiatan yang bisa diisi
pada jam-jam tersebut selain menonton televisi, membaca buku misalkan atau
menonton film atau sekadar mengobrol. Lagian yang paling penting, bukankah
kontrol televisi ada di tangan kita, misalkan remote tv itu, cari saluran tv
yang bermutu, bila tidak ada ya matikan. Kalau mengutip kata Groucho Marx; “I find television very
educating. Every time somebody turns on the set, I go into the other room and
read a book.” Mudah saja seharusnya. Sehingga
saya penasaran, kenapa acara televisi sampai-sampai “bisa merusak moral”.
Tentu niat pembuat petisi baik, niatnya ya
entahlah, saya sendiri kurang begitu paham apa niatnya. Tetapi tentu pula niat
tim kreatif YKS tidak boleh dibilang tidak baik, untuk beberapa orang tertentu yang
bisa jadi jumlahnya tidak sedikit tayangan tersebut menghibur. Kalau
dihentikan, berarti yang merampas hiburan beberapa orang yang tidak sedikit
tersebut. Untuk soal mendidik, ukuran mendidik apa yang dipakai pembuat petisi
beserta duapuluhanribu orang yang mengamini petisi tersebut, rasanya janggal
apabila hampir di setiap jam televisi diisi acara si Komo yang dipandu kak Seto
atau acara Susan & Ria Enes, dan lebih janggal kalau semua saluran televisi
di Indonesia seperti TV Edukasi, membosankan sekali penonton televisi itu. Dan
soal moral? Saya tak bisa berkomentar tentang ini, selain bilang Hellaww
hahahaha.
Jadi daripada rebut-ribut bikin petisi
penghentian sebuah acara televisi, atau mencaci maki acara tersebut, saya
anjurkan piknik! Cari hiburan lainlah. Daripada menonton acara televisi yang
membuat kita jengkel sendiri, mendingan mengobrol ke teman, keluarga,
syukur-syukur ada mengobrol dengan istri atau pacar. Atau untuk mencari
pendidikan di jam prime time maka
lebih baik membaca buku, toh bisa lebih mendidik dibanding acara televisi
manapun. Kontrol ada di tangan penonton, tentu bukan di televisi itu. Apabila
tidak suka pada acara televisi, matikan televisi, kalau perlu buang! Seperti
pada puisi Roald Dahl “Go throw your TV set away, and in its place you can install, a
lovely bookcase on the wall.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar